Kerumunan hampir ribuan mahasiswa mengantri bayar UKT di lingkungan bank BNI Cabang Ternate. FOTO/Harisa |
lpmkultura.com -- Hampir ribuan mahasiswa Universitas Khairun (Unkhair) pada Senin (24/8/2020) tadi menumpuk di lingkungan bank BNI Cabang Ternate. Mereka antrian melakukan pembayaran uang kuliah (UKT) secara manual di tengah mewabahnya pandemi Covid-19.
Hal ini menuai kontroversial karena tampaknya mengabaikan protokol kesehatan dan imbauan pemerintah dengan berkerumunan untuk mendapatkan validasi bukti pembayaran di tengah situasi pandemi Covid-19 yang kian meningkat.
Sejak pagi, sekitar pukul 07.00 Wit, tampak sudah banyak mahasiswa dari berbagai program studi dan fakultas yang menunggu dan mengantri. Mereka mengejar tenggang waktu pembayaran yang katanya tanggal 25 Agustus besok.
Bahkan, sampai di siang hari, walau pelayanan dimaksimalkan, teller dan costumer service dioptimalkan, namun belum juga bisa mengatasi jumlah antrian yang kian bertambah.
Mardika Sabihi, dari Prodi Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian, seorang mahasiswa yang datang sudah agak siang bahkan mendapati antrian yang cukup panjang. Dia baru saja datang dari kampung, dan buru-buru langsung ke bank guna melakukan pembayaran.
Kedatangan dia dari kampung menuju ke bank seharian itu lantaran mendengar informasi kalau batas pembayaran tinggal sehari lagi, hari Selasa besok.
Lingkungan Bank BNI Cabang Ternate dikerumuni mahasiswa Unkhair untuk pembayaran UKT. FOTO/Harisa |
Cerita lain, Sukarsi, dari Fakultas Ekonomi yang merasa kesulitan dan tentu menyengat. Dia datang sejak jam 08.00, namun harus antri sampai sore hari.
Bagi dia, bentuk validasi pembayaran secara manual di bank terutama di tengah pandemi sangatlah membahayakan keselamatan mahasisiwa. Juga menyulitkan proses pembayaran yang tak proporsional melalui sistem manual.
Dia katakan, pihak kampus, setidaknya menyikapi persoalan yang kini menjadi keluhan mahasiswa.
"Seperti membantu mempermudah proses pembayaran dengan cara membayar langsung di kampus saja, agar lebih mempermudah mahasiswa (melakukan validasi, red)," terangnya.
Apalagi, kata dia, cabang bank BNI di Ternate hanya satu yang jadi tempat pembayaran.
Intan bahkan harus pulang lebih dulu karena sedang menjalankan program Kubermas (Kuliah Berkarya dan Bermasyarakat) di Kelurahan Dufa-Dufa. Dia tidak sanggup dengan pengapnya di tengah kerumunan, bahkan hingga berjam-jam berdiri.
"Banyak sekali. Besok baru saya lanjut antri babayar," tutur mahasiswa dari Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) ini.
Pembayaran yang melibatkan banyak orang secara manual tampaknya bikin mahasiswa resah. Pandemi yang tak kunjung redah, pemberlakuan "new normal"--bisa disebut adaptasi kehidupan baru 'hidup berdampingan' dengan corona--justru tak maksimal disaat-saat seperti sekarang ini.
Mengantri walau mengenakan masker, bila tetap berdempetan (kata lain dari berkerumunan) atau tidak menjaga jarak, hal ini telah melangkahi protokol kesehatan.
Sebagian besar mahasiswa yang kami temui meminta agar ada alternatif yang lebih memudahkan mahasiswa melakukan pembayaran di tengah pandemi ini.
"Kami mohon kepada pihak kampus agar mengadakan jalan yang lebih mudah saat bayar uang semester saat ini," kata Faisal.
Pengantrian semacam ini memang sudah terjadi dari tahun ke tahun. Metode sistem pembayaran diminta harus diubah biar lebih responsif dengan kondisi mahasiswa. Metode berbasis online, misalnya.
Selain metode pembayaran, beberapa mahasiswa meminta agar tenggang waktu pembayaran di perpanjang lagi. Mengingat, sebagian besar mahasiswa masih berada di kampung dan sebagian yang lain belum memiliki uang karena roda perekonomian keluarga anjlok.
"Saya masih di kampung, baru belum babayar, masih kesulitan. Saya pe uang belum cukup," terang Tasdik.
Saya masih kesulitan menghubungi pihak kampus untuk dimintai keterangan resmi. Pantauan di website resmi (media penyalur informasi dari kampus), belum terpublikasi informasi terbaru. Begitu pula diakun media sosial kampus lainnya.
Reporter: Harisa Torano
Editor: Ajun