Diskusi persiapan Workshop Front Anti Kekerasan (FAK) Ternate di Fort Orange, Ternate Tengah, pada Senin (23/11/2020). FOTO: Darman/LPM Kultura |
lpmkultura.com -- Front Anti Kekerasan (FAK) Ternate menggelar Workshop bertajuk "Relasi Sehat" di lingkungan Fort Orange, Ternate Tengah, pada Senin (23/11/2020). Kegiatan ini sekaligus menyambut 16 Hari Anti Kekerasan Terhadap Perempuan (16HAKTP) mulai tanggal 25 November-10 Desember yang rutin di gelar di seluruh dunia.
Dalam workshop kali ini, topiknya menarik tentang "Relasi Sehat". Tentu bukan tanpa alasan, mereka menilai, masalah kekerasan terhadap perempuan dalam bentuk apapun, termaksud dalam menjalani hubungan pacaran dan kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) lahir dari relasi yang tidak sehat.
"Makanya penting untuk memberi edukasi soal relasi yang sehat," kata Irawati Harun, salah seorang dari Front Anti Kekerasan (FAK) dalam workshop tersebut.
Irawati bilang, saat ini dia bersama FAK Ternate juga akan terus menyerukan kepada seluruh perempuan dan gerakan sosial lainnya untuk turut melawan kekerasan seksual dan mendorong agar Rancangan Undang-Undang Penghapusan Kekerasan Seksual (PKS) disahkan.
FAK juga, tambahnya dalam 16HAKTP akan mengangkap isu 'lawan kekerasan berbasis gender dan segera sahkan RUU P-KS'. "Kami akan melakukan workshop keliling dengan topik yang berbeda-beda."
Topik-topik nanti dalam workshop keliling diantaranya; KDT dan pentingnya konseling; relasi sehat; kekerasan berbasis gender; konsep dasar seksualitas dan kesehatan reproduksi; kekerasan seksual dan peran anak muda; stigma aborsi; dan citra tubuh.
Selain itu, kata Irawati, mereka juga akan menggelar aksi pada tanggal 25 November dan panggug protes pasa tanggal 10 Desember mendatang.
Kenapa 16 Hari Anti Kekerasan Terhadap perempuan?
Sejarah Kampanye 16 Hari Anti Kekerasan terhadap Perempuan (16 Days of Activism Against Gender Violence) pada awalnya merupakan kampanye internasional untuk mendorong upaya-upaya penghapusan kekerasan terhadap perempuan di seluruh dunia. Aktivitas ini sendiri pertamakali digagas oleh Women’s Global Leadership Institute pada tahun 1991 yang disponsori oleh Center for Women’s Global Leadership.
Setiap tahunnya, kegiatan ini berlangsung dari tanggal 25 November yang merupakan Hari Internasional Penghapusan Kekerasan terhadap Perempuan hingga tanggal 10 Desember yang merupakan Hari Hak Asasi Manusia (HAM) Internasional.
Dipilihnya rentang waktu tersebut adalah dalam rangka menghubungkan secara simbolik antara kekerasan terhadap perempuan dan HAM, serta menekankan bahwa kekerasan terhadap perempuan merupakan salah satu bentuk pelanggaran HAM.
Penghapusan kekerasan terhadap perempuan membutuhkan kerja bersama dan sinergi dari berbagai komponen masyarakat untuk bergerak secara serentak, baik aktivis HAM Perempuan, pemerintah, maupun masyarakat secara umum.
Mandat KOMNAS Perempuan
16 hari anti kekerasan terhadap perempuan menjadi salah satu mandat Komisi Nasional Anti Kekerasan terhadap Perempuan (Komnas Perempuan) adalah meningkatkan kesadaran publik bahwa hak perempuan adalah Hak Asasi Manusia (HAM). Oleh karena itu, kekerasan terhadap perempuan adalah pelanggaran Hak Asasi Manusia.
Dalam melaksanakan mandat tersebut, Komnas Perempuan setiap tahun melakukan kegiatan 16 Hari Anti Kekerasan terhadap Perempuan (16HAKTP) setiap tanggal 25 November sampai 10 Desember.
Mengapa Harus Dilakukan Selama 16 Hari?
Ini dikarenakan 16 hari adalah rentang waktu dari tanggal 25 November yang merupakan Hari Penghapusan Kekerasan terhadap Perempuan hingga 10 Desember yang merupakan Hari HAM Internasional. Sepanjang 16 hari tersebut juga terdapat peringatan-peringatan yang erat kaitannya dengan perempuan.
Berikut Adalah Hari Peringatan sepanjang 16 HAKTP:
25 November - Hari Penghapusan Kekerasan terhadap Perempuan
1 Desember - Hari AIDS Sedunia
2 Desember - Hari Internasional Penghapusan Perbudakan
3 Desember - Hari Internasional bagi Penyandang Cacat
5 Desember - Hari Internasional bagi Sukarelawan
6 Desember - Hari Tidak Ada Toleransi bagi Kekerasan Terhadap Perempuan
10 Desember - Hari HAM Internasional.
Reporter: Darman
Editor: Ajun