Massa aksi di depan kantor Walikota Ternate, Senin (11/4/2022) foto: Darman Lasaidi/LPM Aspirasi |
LPM Aspirasi -- Demo tolak kenaikan bahan bakar minyak (BBM) dan wacana penundaan pemilu 2024, dilakukan berbagai aliansi di Kota Ternate, Maluku Utara pada Senin (11/4/2022). Aksi ini terpusat di beberapa titik, kantor DPRD di Ternate Selatan dan kantor Walikota di Ternate Tengah.
Dalam pantauan, sekira pukul 09.00 Waktu Indonesia Timur (WIT), mahasiswa Universitas Muhammadiyah Maluku Utara dan Universitas Khairun (Unkhair) melakukan longmarch dari arah selatan, sementara massa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Unkhair dan Institut Agama Islam Negri (IAIN) dari arah utara.
Selain massa dari berbagai organisasi intra kampus, ada massa mahasiswa dari organisasi ekstra kampus yang tergabung dalam Komite BBM dan juga dari Cipayung turut menggelar aksi di titik yang sama.
Saat massa terpusat di depan Kantor Walikota, aksi menyoal BBM dan penundaan pemilu ini awalnya berjalan damai, namun memasuki sore hari sekira pukul 17.00 WIT, kericuhan sempat terjadi. Massa Muhammadiyah terlibat baku lempar dengan pihak Kepolisian.
Massa Direpresif
Kericuhan itu, tidak sempat membesar dan meluas ke seluruh massa aksi yang ada. Kericuhan segera dilerai.
Paska insiden itu, pihak kepolisian menangkap enam masa aksi. Dua diantaranya mahasiswa Hippmamoro, Usman Bay dari Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Muhammadiyah Maluku Utara dan Afrizal Sibua, mahasiswa Institut Agama Islam Negeri (IAIN).
Selain itu, info yang diterima LPM Aspirasi di lapangan, salah seorang yang ditangkap merupakan pelajar yang masih duduk di bangku kelas dua Sekolah Teknik Menengah (STM) atau SMK Negeri 2 Kota Ternate. Sisanya belum terindentifikasi.
Asyudin La Masiha, Ketua Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Universitas Khairun, yang juga Koordinator lapangan BEM Unkhair, mengatakan keenamnya baru akan dibebaskan besok, Selasa (12/4/2022).
Kata dia, untuk membebaskan keenam orang yang ditangkap ini, Kepolisian memintap seluruh pimpinan organisasi, baik BEM kampus se kota Ternate, maupun pimpinan politik organisasi lain untuk datang di kantor Kepolisian guna membuat surat pernyataan, baru keenamnya akan dibebaskan.
Massa Aksi Ditabrak Polisi
Massa sempat kembali memanas ketika salah seorang massa aksi, Syaril Ode ditabrak mobil Polisi.
Saat kejadian, pemuda yang baru saja mendaftar kuliah di Unkhair itu sedang berfoto. Kata dia, tidak ada klakson mobil ataupun tanda-tanda kalau mobil Polisi akan lewat. Tiba-tiba dia sudah ditabrak dan kakinya terlindas ban. Dia menjerit dan mengangkat tangan. Beberapa orang yang ada di situ kemudian mengangkat dan memindahkannya.
Syahril bilang, mendengar beberapa mahasiswa berkata siapa yang harus bertanggung jawab soal kondisi dia. Lalu para demontran menjawab Polisi.
“Akhirnya sempat terjadi keributan, lalu saya di gendong beberapa orang ke teras Kantor Walikota,” ungkapnya.
Dia bilang, kakinya memang bekas patah, namun kepolisian hanya perban menggunakan biocrepe dan dikasih makanan. Setelah itu selesai dan dia di bawah pulang sepupunya.
Aksi serentak nasioanal ini, di tutup dengan buka puasa bersama antara pihak kepolisian dan massa aksi yang masih berada di lokasi. Pihak kepolisian turut membagikan makanan untuk para demonstran.
Reporter: Darman Lasaidi
Editor: Susi H Bangsa