Pekan literasi Ternate Membaca (Terbaca) ke-5 kembali digelar dan resmi dibuka pada Jumat (22/4/2022) di kawasan Benteng Oranje. Salah satu kegiatan literasi terbesar di Maluku Utara ini dihadiri oleh sejumlah pegiat literasi, mahasiswa, dan pejabat.
Dalam rangkaian acara, di hari pertama digelar diskusi bertajuk “Literasi Media Digital: Upaya membina masyarakat yang produktif, kondusif, dan transformasif”.
Diskusi ini membincangkan penggunaan media massa. Karena di era ‘mabuk’ teknologi saat ini, masyarakat sudah harus mulai memilah dan memilih media mana yang akan digunakan, dibaca dan ditonton.
Wahyuni Bailusi, Akademisi Ilmu Komunikasi di Universitas Muhammadiyah Maluku Utara, mengatakan media massa ialah indikator untuk memberikan informasi dan mengedukasi kepada masyarakat.
"Namun karena kita hidup di masa media digital sedang di gandrungi, masyarakatnya sudah harus aktif memilih dan memilah media mana yang dibaca dan ditonton," ungkap Wahyuni.
Karena, kata dia, masyarakat yang memanfaatkan literasi digital harus punya kecerdasan. Baik itu memilih, pun juga kritis melihat setiap informasi yang muncul di media.
"Karena saat ini, kita tidak bisa memungkiri kalau hoaks berkembang dengan cepat. berita yang hanya hoaks, menjadikan kita harus berpikir cerdas untuk melakukan penyesuaian dalam bentuk platform-platform," tandasnya.
Sementara Indonesia saat ini untuk literasinya berada di bawah rata-rata, tetapi untuk pengguna media digital (internet) berada di urutan ke tiga setelah india. Ini yang harus dipertanyakan, kenapa literasi di Indonesia minim sekali.
Sementara, Nurkholis Limaau, Jurnalis Cermat media patner Kumparan bilang, di era digital ini kita tahu jika informasi mengalir tanpa batas. Berbagai informasi bertebaran di hampir semua platform.
"Untuk itu sebabnya semua orang berpotensi menjadi seorang jurnalis, yang membedakan jurnalis dengan masyarakat umum, artinya jurnalis sebenarnya dituntut bisa merekonstruksi realitas atau peristiwa yang berkembang," ungkap Nurkholis.
Sebagai seorang jurnalis, ia terbantu oleh digital, karena memudahkan untuk mengakses berbagai informasi.
"Ditambah era digital ini, bagi jurnalis sangat di mudahkan pekerjaannya, terkhusus untuk mendapatkan informasi," tutur Nurkholis.
Pekan literasi Ternate Membaca merupakan kegiatan tahunan. Ini kali ke lima digelar sejak pertama kali 2016 silam. Namun, event ini sempat tertunda dua tahun karena pandemi Covid-19. Agenda apresiasi leterasi ini, berlangsung selama empat hari, dengan rangkaian kegiatan bacarita terarah, pameran buku, infaq buku, tadarus buku, hingga panggung ekspresi.
“Saat melaksanakan Terbaca ke-5, kita melakukan konsolidasi lagi, tentu ada wajah-wajah baru, karena perubahan lingkungan dan lainnya,” ungkap Sofyan Daud, penggagas Ternate membaca.
Kata sofyan, buku-buku yang dipajang milik perorangan, pun juga lembaga yang dipinjam dengan penuh tanggung jawab.
“Dari perorangan, tokoh, hingga institusi tetap mau pinjamkan buku-buku di sini karena kesadaran hati dan penuh tanggung jawab mau bersama-sama membangun literasi di Maluku Utara,” ucapnya.
Sekadar informasi, bacarita terarah merupakan diskusi terkait literasi digital, diskusi literasi sekolah, dan diskusi city branding. Untuk yang berkunjung, disediakan pameran dan baca buku gratis. Sementara tadarus buku akan membincangkan buku baru dari penulis- penulis Maluku Utara, serta panggung ekspresi disediakan untuk yang ingin membaca karya sastra dan musik.
Reporter: Dafni K Hamisi
Editor: Darman Lasaidi