Dialog publik oleh HMJ Sastra Inggris di Gedung Pertemuan Kelurahan Kastela pada Jumat (1/6/2022). Foto: Ajim Umar/LPM Aspirasi |
LPM Aspirasi-- Mahasiswa Sastra Inggris (Sasing) Fakultas Ilmu Budaya (FIB), Universitas Khairun (Unkhair) menggelar diskusi publik bertajuk “Sampah Kastela: Bergerak atau Terdampak.” Kegiatan ini dilaksanakan pada Jumat (1/6/2022) kemarin di Gedung Pertemuan Kelurahan Kastela, Ternate Selatan.
Diskusi yang dimulai sekira pukul 21.00 WIT itu merupakan program Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) Sasing, sekaligus bentuk keresahan mahasiswa melihat tumpukan sampah di beberapa objek wisata di Kota Ternate. Harapannya ada kesadaran, baik mahasiswa maupun masyarakat untuk tidak buang sampah sembarangan.
Dalam kesempatan itu, Julkarnain Orbo, Kepala Seksi Pengurangan Sampah Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Ternate, Julfikar Sangaji, Anggota Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) Maluku Utara jadi pembicara.
Diskusi ini membicarkan permasalahan lingkungan di kota ternate. Banyak tempat wisata yang nampak kotor dengan plastik yang berserakan, terutama wisata pantai. Salah satunya pantai Kastela.
Julkarnain mengatakan saat ini mereka terkendala anggaran untuk melakukan sosialisasi terkait pembinaan dan penyuluhan sampah.
“Kami juga dibatasi, salah satunya yaitu terkendala anggaran. Masyarakat, dan mahasiswa harus turut andil dalam hal ini,” Ungkapnya.
Meski begitu, pihaknya akan tetap melaksanakan tugas, baik dari lingkungan perkotaan, pemukiman, hingga ke TPA. Karena itu, perlu lebih efektif, terutama seperti kesiapan untuk menjaga adanya penimbunan sampah yang besar, seperti Ramadhan lalu.
"Itu gambarannya, sehingga bisa antisipasi agar tak ada masalah dalam proses penanganan sampah," ujarnya.
Ia berharap masyarakat Kota Ternate bisa lebih jeli. Tidak membuang sampah ke sembarangan tempat. Sampah, kata ia, harus dimasukan dalam kantong plastik agar mempermudah pihaknya saat pengangkutan sampah.
Sementara Julfikar Sangaji, Anggota Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) Maluku Utara menjelaskan, proses pembuangan sampah dari hulu, akan berimbas di bagian hilir hingga berdampak buruk pada pesisir laut.
“Fasilitas yang disiapkan pemerintah untuk menampung sampah ke TPA pun tidak sesuai,” terangnya saat jadi pembicara.
Dia melanjutkan, permasalahan sampah harus jadi tanggung jawab pemerintah dan masyarakat. Produsen mendapat posisi 70 persen tanggung jawab atas produksi sampah karena didorong oleh konsumen.
“Untuk itu pemerintah harus mengambil andil soal pasar, tetapi kita lihat saat ini sampah masih tetap berserakan di pesisir pantai,” jelasnya.
Lutfi Kadir, Lurah Kastela mengatakan, Masalah sampah merupakan masalah urgen yang harus jadi perhatian. Jika malas bertindak maka akan jadi masalah serius. Lingkungan akan kotor dan jadi sarang penyakit. Pun juga tak sedap dipandang mata.
“Kita lihat di beberapa tempat wisata di Kota Ternate banyak tergeletak sampah, karena itu seluruh masyarakat harus turut menjaga agar masalah sampah segera teratasi,” ujarnya saat memberi sambutan.
Dia mengapresiasi kegiatan mahasiswa Sastra Inggris, karena memang penting untuk peduli pada kondisi lingkungan saat ini. Terutama peduli terhadap kelurahan yang berada di pesisir, macam Kelurahan Kastela.
“Hasil dialog ini tentu akan kami implementasikan, salah satunya dengan melakukan pembersihan pantai dan penanaman pohon pada Sabtu esoknya," ungkap Gilbert, ketua himpunan mahasiswa jurusan Sastra Inggris.
Kegiatan penanaman itu, kata Gilbert akan melibatkan masyarakat dan Kelompok Sadar Wisata (Kodarwis) di Kelurahan Kastela. Ini menjadi langkah awal untuk membuktikan kepada masyarakat bahwa kami juga peduli dengan sampah di pesisir pantai.
“Kesadaran masyarakat harus lebih intens, penanggulangan sampah ini yang harus diutamakan, tentu dimulai dari diri kita sendiri, pemerintah dan tentu saja masyarakat,” tutur mahasiswa Semester 6 itu.
Reporter: Nurdafni K. Hamisi
Editor: Darman