LPM Aspirasi -- Mahasiswa Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) Universitas Khairun (Unkhair) Ternate menggelar demo di depan Dekanat Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP), kampus I Akehuda, Ternate Utara, Pada Kamis (19/10/2023). Aksi ini menyoal salah satu dosen yang melakukan tindakan pungli dan toxic terhadap mahasiswa.
Demonstrasi dilakukan sekira pukul 08.25 WIT. Massa bentangkan spanduk bertuliskan “Keluarkan Oknum Dosen yang Pungli dan Toxic“.
Jose Fernando Hape, Koordinator Aksi mengatakan kampus harusnya jadi tempat belajar yang nyaman dan tentram untuk seluruh mahasiswa. Namun, dalam pelaksanaannya ada oknum dosen yang menciptakan situasi belajar tidak kondusif, sangat menekan dan memaksa mahasiswa.
“Hasilnya mahasiswa tidak bisa melaksanakan proses belajar mengajar sebagaimana mestinya. Hal ini sangat disayangkan,” ungkap Jose.
Kejadian ini bermula pada hari Jumat tanggal 13 kemarin. Saat itu, mahasiswa PGSD smester lima sedang belajar di ruang 26 FKIP sesuai jadwal perkuliahan. Di tengah situasi belajar sedang berlangsung, ada seorang dosen yang datang dan meminta mahasiswa yang sedang belajar untuk meninggalkan kelas. Hal itu karena dia bermaksud menggunakan ruangan tersebut untuk kuliah.
Mahasiswa yang sedang belajar tak mengindahkannya. Alhasil oknum dosen tersebut mengeluarkan kata-kata makian kepada mahasiswa dan dosen yang sedang belajar.
Kata Jose kejadian ini bukan kali pertama, dosen bersangkutan sudah pernah melakukan hal serupa. Pada tahun 2022 lalu dosen ini pernah memaki seorang mahasiswa dalam ruang belajar.
Saat itu, Jose bilang dosen tersebut tengah melakukan absen. Ada seorang mahasiswa yang kebetulan duduk paling belakang, ketika dipanggil merespon dengan suara agak keras. Teriakan hadir dari mahasiswa malah membuat dosen tersebut marah. Dosen itu lalu memaki mahasiswa dengan makian yang kasar dan berulang kali.
Kejadian itu memicu amarah mahasiswa sehingga dosen bersangkutan dilaporkan ke pihak fakultas. Hasilnya pihak fakultas menegur dosen itu, bahkan sampai membuat surat kesepakatan di atas materai untuk tidak mengulangi perbuatannya.
“Bukannya menjalankan kesepakatan yang sudah ada, dosen toxic ini malah kembali memaki mahasiswa yang sedang belajar. Ini preseden buruk karena dia seorang dosen,” terang mahasiswa Keguruan dan Ilmu Pendidikan itu.
Mahasiswa Ditipu
“Selain sikap toxic, dosen bersangkutan juga diduga melakukan pungli atau dikta dalam proses pembelajaran,” terang Jose.
Pungli yang dimaksud Jose dan teman-temanya ini terkait penjualan buka yang dilakukan dosen tersebut. Mula-mula dosen itu menawarkan buku Matematika kepada mahasiswa PGSD seharga Rp 75.000. Namun seiring berjalannya waktu buku yang dijanjikan tak kunjung ada. Padahal banyak mahasiswa yang telah membayar buku tersebut.
Bukannya memberikan buku, ketika di tagih mahasiswa, dosen tersebut malah menjanjikan buku dalam bentuk file pdf. Lebih parahnya file pdf yang dijanjikan belum juga diberikan kepada mahasiswa dengan alasan masih disusun.
“Ironisnya, hal ini sudah diberlakukan dari angkatan 20, angkatan 21, angkatan 22, dan angkatan 23. Coba bayangkan, dari empat angkatan yang sudah membayar buku, berapa total yang diperoleh oleh oknum dosen tersebut,” terang Jose.
Akbar Ismail, salah satu Mahasiswa PGSD menyatakan mereka merasa ditipu. Banyak teman yang sudah bayar, tapi bukunya tidak didapat.
“Kami telah melakukan hering terbuka bersama dengan pihak fakultas, namun sampai saat ini belum ada kejelasan dari pihak fakultas untuk menyelesaikan problem ini,” ujarnya.
Akbar bersama mahasiswa PGSD juga akan melakukan mogok belajar. Ini kesepakatan mereka jika tuntutan tidak direalisasikan pihak fakultas.
“Kami juga akan mengkonsolidasikan dan merangkum kekuatan yang lebih besar lagi untuk mendesak fakultas agar ada penyelesaian yang berkeadilan. Jika tidak ada itikat baik dari fakultas, kami akan menggiring masalah ini ke pihak universitas,” tegas Akbar.
Reporter: Ardian M Djauna
Editor: Darman Lasaidi