Massa Aksi Peringatan Sumpah Pemuda Serukan Konsolidasi Gerakan Rakyat dan Bangun Politik Alternatif

 

Massa aksi di depan taman Nukila, Kota Ternate, Senin (28/10/2024) Foto: Sukriyanto Safar/LPM Aspirasi


LPM Aspirasi --“Perkuat gerakan rakyat dan bangun partai alternatif!” seru massa aksi di depan Pasar Barito, Gamalama, Ternate Tengah, pada Senin (28/10/2024). Aksi ini digelar sejumlah mahasiswa yang tergabung dalam organisasi Pusat Perjuangan Mahasiswa untuk Pembebasan Nasional (Pembebasan) Kolektif Kota Ternate.

Aksi dimulai sekira pukul 15:30 WIT. Mereka membentangkan spanduk bertuliskan “Memperkuat Konsolidasi Gerakan Rakyat, Bangun Partai Alternatif, Hancurkan Kapitalisme dan Neoliberalisme”. 

Massa menilai momentum peringatan Sumpah Pemuda tiap tanggal 28 Oktober hendaknya menjadi ajang refleksi situasi negara. Realitas objektif yang terjadi hari ini, pemimpin berganti wajah namun negara tetap ada dalam kerangkeng kapitalis neoliberalisme. 

Abdul, Koordinator aksi mengatakan pemerintahan Prabowo-Gibran disinyalir akan semakin otoriter dari pemerintahan sebelumnya.  Hal ini karena tekanan struktural dari akumulasi kapital saat ini.

“Pemerintahan Prabowo-Gibran mewakili kepentingan kelas kapitalis yang hendak terus melestarikan eksploitasi dan dominasinya terhadap kepentingan kelas pekerja dan rakyat miskin secara keseluruhan,” ungkapnya.

Analisis demikian, kata Abdul karena mereka berdua naik ke tampuk kekuasan atas dukungan dari faksi-faksi partai yang memiliki arah politik mendukung kapitalis neolib pada pemilu lalu. Bahkan mereka di dukung kalangan kapitalis, sehingga sarat kemungkinan balas budi.

“Apalagi Indonesia saat ini menganut sistem ekonomi kapitalis dan negara kapitalis selalu mengabdi pada kepentingan kelas kapitalis,” tegasnya.

Kelas kapitalis menurutnya selalu menggunakan kekuasaannya untuk menguasai dan mengontrol kekuasaan negara. Baik itu dengan kontrol langsung atau kolonisasi atas kekuasaan negara dengan cara menempatkan individu-individu anggota kelas kapitalis ke dalam jabatan-jabatan tinggi dan strategis negara.

Selain itu, Abdul bilang, negara selalu membutuhkan dana dalam operasionalnya sehati-hari, dan sebagai negara kapitalis sumber pendanaan utama negara ini berasal dari kelas kapitalis. Negara pada akhirnya mesti memastikan bahwa sumber pendanaan ini harus terus berjalan tanpa hambatan, ancaman, ataupun gangguan yang membuatnya berhenti.

“Alhasil, berbagai macam aturan dan kebijakan dibuat untuk memuluskan kepentingan kelas kapitalis, dan berbagai macam tindakan politik militer dipakai untuk menghalau segala kemungkinan bagi munculnya ancaman, hambatan dan gangguan bagi kelancaran aktivitas kelas kapitalis ini” jelas Abdul.

Konsolidasi Gerakan Rakyat dan Partai Alternatif

Realitas macam itu, bagi Abdul tidak ada harapan perbaikan nasib kearah yang lebih baik. Sudah saatnya kita berada dalam perjuangan rakyat, di tengah-tengah masa, membangun kesadaran, dan organisasi yang terorganisir, terdidik, dan terpimpin. 

“Lalu organisasi-organisasi rakyat ini harus berani membangun kekuatan politiknya secara mandiri dan masif, yaitu sebagai kekuatan alternatif dan mempengaruhi kesadaran masyarakat umum,” tandasnya.

Isra Muhdar, seorang massa aksi bilang situasi hari ini makin sulit, krisis demokrasi akan terus berlanjut. Apa yang di cita-citakan reformasi telah gagal. sebab, represifitas, intimidasi serta kriminalisasi terhadap gerakan rakyat sangat rentan terjadi. 


“Tingginya angka union-busting terhadap ribuan serikat pekerja, meningkatnya represifitas petani sebagai tumbal ambisi pembangunan infrastruktur yang sangat sarat kapitalistik, serta mimbar-mimbar diskusi ilmiah dan aktivitas politik pelajar-mahasiswa pun dikerangkeng dengan skema sistem pendidikan gaya bank,” ujarnya.

Situasi inilah, menurut Isra yang kemudian menegaskan fakta kalau dibawah cengkeraman sistem ekonomi kapital maka kesejahteraan hanya akan jadi mimpi di siang bolong dan semakin jauh dari jangkauan masyarakat Indonesia. 

Maka dari itu, Abdul, Isra dan seluruh massa aksi menilai rakyat butuh jalan keluar, rakyat butuh kekuatan alternatif yang bisa membangkitkan perannya dari kemerdekaan ekonomi politik. Hal itu hanya bisa dicapai oleh bangunan persatuan gerakan rakyat, yang punya kesamaan pandangan kalau musuh bersama rakyat adalah sistem kapitalisme beserta hirarkinya.


Reporter: Sukriyanto Safar

Editor: Susi H Bangsa

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama